Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy
pada tahun 763 (150 H) dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan.
Ar-Rasyid bernama Harun bin Muhammad Al-Mahdi bin
Abdillah Al-Mansur. Ia adalah cucu pendiri kota Baghdad, Al-Mansur.
Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan
Abbasiyah dan memerintah antara 14 September 786 – 24 Maret 809 (15 Rabi’ul
Awwal 170AH – 3 Jumada Ats-Tsani 193AH). Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi,
khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang keempat.
Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman.
Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid
dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran). Di masa mudanya,
Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.
Kuniyah Harun Ar-Rasyid adalah Abu Ja’far. Kuniyah
adalah nama yang berawalan abu atau ummu. Dalam kebiasaan kita, kuniyah sama
seperti panggilan kepada orang yang kita kenal dengan “bapak si anu” atau “ibu
si anu”. Adapun “Ar-Rasyid”, nama ini adalah julukan yang dikenakannya. Menjadi
kelaziman di kalangan khalifah Bani Abbasiyah, seorang khalifah atau calon
khalifah memiliki julukan masing-masing.
Harun Ar-Rasyid banyak
memiliki kesamaan dengan kakeknya, Al-Mansur. Masing-masing mereka memiliki
kesenangan mendengarkan riwayat-riwayat hadis. Baik Al-Mansur ataupun
Ar-Rasyid, memiliki teman dari kalangan ahli hadits. Yang dimaksud ahli hadits
adalah orang-orang yang mencari riwayat-riwayat hadis untuk diseleksi dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, para pencari hadis itu
menyampaikan hadis-hadis yang mereka peroleh dalam majelis-majelis tahdits.
Buku-buku sejarah mencatat bahwa pemerintahan Harun
Ar-Rasyid adalah puncak keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Waktu itu,
filsafat-filsafat Yunani belum mendominasi pemikiran para cendekiawan. Metode
rasional seperti yang diajarkan Abu Hanifah sedikit banyak mendapat perhatian.
Sementara itu, ilmu ushul fiqh mulai dikembangkan Imam Asy-Syafii.
Tetapi Harun Ar-Rasyid mati muda. Dalam suatu
peperangan di Thus, Khurasan, pada 193 H, ajal menjemputnya. Waktu itu, usianya
belum lagi 45 tahun. Dan betul, sepeninggalnya, pemerintahan Bani Abbasiyah
mulai memasuki gerbang kemundurannya sampai akhirnya diserbu oleh orang-orang
Mongol pada 1258 M.
Harun Ar-Rasyid sendiri banyak dihormati raja-raja
Eropa. Mereka saling berkirim surat. Di antara mereka adalah Raja Charle Magne
dan Ratu Irene. Bagi orang-orang Eropa, nama Harun Ar-Rasyid beserta
Shalahuddin Al-Ayyubi dijajarkan dalam daftar raja-raja terkenal yang pernah
ada di dunia ini.
Di masa
pemerintahannya beliau :
·
Mewujudkan keamanan, kedamaian serta
kesejahteraan rakyat.
·
Membangun kota Baghdad dengan
bangunan-bangunan megah.
·
Membangun tempat-tempat peribadatan.
·
Membangun sarana pendidikan, kesehatan,
dan perdagangan.
·
Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai
lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan
penelitian.
·
Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni
lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di
rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.
Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh
pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap
kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu
pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan,
serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara
adikuasa dunia di abad ke-8 M.
Harun Ar-Rasyid adalah Amir para Khalifah Abbasiyah.
Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat
dibandingkan dengan Karel Agung (742 M – 814 M) di Eropa. Pada masa
kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah – menjelma menjadi metropolitan dunia.
Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih
dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.
Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan
agama Islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang
paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun
pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai
pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.
Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid
sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun
ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer untuk menaklukkan
Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779 M –
780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin
pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun
Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan
beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun
banyak belajar tentang strategi pertempuran.
Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat
ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M.
Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera
mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber
786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah
sebagai khalifah kelima.
Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M – 809
M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Ar-Rasyid mampu membawa dinasti yang
dipimpinnya ke puncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin
Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia
menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari,
dan seniman.
Ia kerap mengundang para tokoh informal dan
profesional itu ke istana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid
begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari
berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya.
Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya.
Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah.
Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap
harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan
umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Ia tak pernah lupa mengajak
para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima. Jika sang khalifah tak
berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga
ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana.
Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana
aman dan damai di masa pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan,
Harun Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat.
Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh
dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar-Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya
bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).
Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya
senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu,
pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa
menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi
komitmennya. Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berperawakan tinggi,
bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah
kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah
Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun
Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.
Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di
era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya
antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M);
pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin
Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda
adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa
kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.
Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam.
Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula
berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan
berdirinya Baitul Hikmah – perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu
pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh perhatian
yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada
24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan
popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan
sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin
yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.
0 Response to "Masa Pemerintahan Harun Al Rasyid"
Post a Comment